Sosialisme: Utopis dan Ilmiah {2}

Sambungan :

Tetapi konsepsi ini, bagaimanapun juga tepatnya menyatakan watak umum dari gambaran gejala-gejala dalam keseluruhannya, tidaklah cukup untuk menerangkan detail-detail yang membentuk gambaran ini, dan selama kita tidak mengerti detail-detail ini, kita tidak mempunyai gagasan yang jelas tentang gambaran itu seluruhnya. Untuk mengerti tentang detail-detail ini kita harus melepaskannya dari hubungan alam atau hubungan sejarah mereka dan memeriksanya masing-masing ter-sendiri-sendiri, sifatnya, sebab-sebab khusus, akibat-akibatnya, dsb. Ini pertama-tama adalah tugas ilmu alam dan penelitian sejarah: cabang-cabang ilmu yang oleh orang-orang Yunani zaman klasik, atas alasan-alasan yang baik sekali, diturunkan ke kedudukan bawahan, karena mereka pertama-tama harus mengumpulkan bahan-bahan bagi ilmu-ilmu ini untuk dikerjakan. Sejumlah bahan alam dan sejarah tertentu harus dikumpulkan sebelum mungkin ada sesuatu analisa yang kritis, pembandingan dan penyusunan ke dalam golongan-golongan, susunan-susunan dan jenis-jenis. Karena itu, dasar-dasar dari ilmu alam eksak mula-mula dikembangkan oleh orang-orang Yunani pada periode Alexandria[1], dan kemudian, dalam Abad Pertengahan, oleh orang-orang Arab. Ilmu alam yang sejati mulai sejak dari pertengahan kedua abad ke-15, dan sejak itu ia telah maju dengan kecepatan yang senantiasa meningkat. Analisa Alam ke dalam bagian-bagiannya yang khusus, penggrupan proses-proses dan obyek-obyek alam yang berlain-lainan, ke dalam golongan-golongan tertentu, studi tentang anatomi intern dari badan-badan organik dalam bentuk-bentuk mereka yang bermacam-macam-inilah syarat-syarat fundamental bagi langkah-langkah raksasa dalam pengetahuan kita tentang Alam yang telah dibuat selama empat ratus tahun yang lalu. Tetapi cara kerja demikian ini juga telah meninggalkan pada kita sebagai warisan kebiasaan memandang obyek-obyek serta proses-proses alam terpisah-pisah, terasing dari hubungan mereka dengan keseluruhan yang maha besar; memandangnya dalam diam, tidak dalam gerak; sebagai tetap, bukan sebagai yang pada hakekatnya berubah-ubah, dalam kematiannya, bukan dalam kehidupannya. Dan ketika cara memandang hal-ihwal ini dipindahkan oleh Bacon dan Locke dari ilmu alam ke filsafat, ia melahirkan cara berpikir yang metafisik, sempit, yang khas bagi abad yang lalu.

Bagi seorang metafisikus, hal-ihwal dan pencerminan-pencerminan mereka di dalam pikiran, ide-ide, adalah terpisah-pisah, harus dipandang satu demi satu dan terasing satu sama lain, adalah obyek-obyek penyelidikan yang tetap, kaku, yang ditentukan sekali untuk selama-lamanya. Dia berpikir dalam antitese-antitese yang sama sekali tak terdamaikan. “Jalan pikirannya ialah ‘ya, ya; tidak, tidak’; karena apapun juga yang lebih daripada ini datang dari setan”. Baginya suatu hal-ihwal itu ada atau tidak ada, suatu hal-ihwal tidak bisa pada waktu yang sama adalah dia sendiri dan sesuatu yang lain. Positif dan negatif secara mutlak saling mengecualikan; sebab dan akibat berada dalam antitese yang kaku satu sama lain.

Sepintas lalu cara berpikir ini nampaknya bagi kita sangat gemilang, karena itulah yang dinamakan akal sehat. Hanyalah akal sehat, orang terhormatlah dia, di dalam empat tembok dari kerajaan kamar-duduknya sendiri, yang mengalami avontur-avontur yang sangat indah segera dia memberanikan diri memasuki dunia penelitian yang luas. Dan cara berpikir yang metafisik, yang dapat dibenarkan dan perlu seperti halnya dalam sejumlah bidang yang keluasannya berlain-lainan menurut sifat obyek penelitian yang khusus, cepat atau lambat mencapai suatu batas, yang di luar batas ini ia menjadi berat-sebelah, terbatas, abstrak, tenggelam dalam kontradiksi-kontradiksi yang tak terpecahkan. Dalam memandang satu-satu hal-ihwal, ia melupakan hubungan di antara mereka; dalam memandang keadaan mereka, ia lupa akan awal dan akhir dari keadaan itu; dalam memandang diam mereka, ia melupakan gerak mereka. Karena pohon tidak dapat melihat hutan.

Bersambung...

Post a Comment

0 Comments